Aku hanya ingin menyampaikan pengalaman pribdi kepada siapa saja yang ingin membaca tulisan yang aku tuangkan dalam coretan tidak berarti. Hari ini tanggal 18 Juli 2007, bertepatan dengan hari rabu ada sebuah perhelatan acara lumayan besar sedang berlangsung di Solo. Acara yang lumayan menyedot perhatian baik dari kalangan masyarakat maupun media massa. Acara yang dapat menunjukkan apakah perekonomian di Solo dapat berkembang kearah kemajuan atau malah terjadi perekonomian yang makin mundur, Pemilihan ketua Formatur Ketua Kamar Dagang Indonesia ( KADIN) wilayah Solo yang dilangsungkan di Hotel Diamond.
Pada mulanya aku tidak tahu tentang acara tersebut, ketika tiba-tiba aku diajak temanku untuk menjadi panitia dalam pemilihan ketua KADIN Solo. Yang terbersit dalam pikiranku adalah aku sebagai panita yang bekerja secara langsung dalam acara tersebut. Namun apa yang terbersit diangan tidak sesuai dengan kenyataan. Saat itu aku langsung diberi komando untuk memilih calon ketua dagang secara sepihak tanpa penjelasan jelas, tanpa aku harus mengungkapkan terlebih dahulu pendapatku. Karena aku merasda tidak enak dengan salah seorang temanku maka aku hanya dapat terdiam dan mengikuti peraturan yang ada. Terdapat kenehan ketika aku nanti diberi uang lelah sbesar seratus ribu rupiah. Apakah dengan selembar kertas idealisme dan kejujuran hati dapat dibeli.
Diruangan itu yang terlihat hanya wajah-wajah kemunafikan dari para peserta rapat. Mereka tidak sadar jika mereka telah memakai topeng kepalsuan tanpa sadar wajah dibalik topeng itu. Wajah yang telah diarahkan untuk mengikuti aturan main yang telah ditetapkan oleh penguasa. Aku disitu hanya sebagai robot yang ikut diseting juga untuk mengikuti aturan main itu. Serasa hati meronta keras ingin keluar dari kekacuan tersehut, namun apa daya jika tubuh tidak mengizinkan. Ingin protes kepada semua yang hadir, namun apa daya aku hany seorang manusia kecil dibalik para intelektual katanya, tapi dibalik itu kelakuan maupun pemikirannya seperti anak kecil dan terkesan urakan (Ndeso). Mereka orang-orang pintar, tapi tidak lebih pintar dibandingkan dengan keledai yang masih mau untuk berpikir secara jernih. Disitu hanya terdapat hawa nafsu, amarah, emosi yang dilampiaskan tanpa mengerti aturtan prikemanusiaan bahkan aturan tuhan. Pantas saja jika itu dukatakan orang-orang pasar, lha wong bicaranya seperti orang pasar.
Pakah ini cerminan dari demokrasi kita, apakah ini cerminan dari kejujuran hati nurani kita, apakah ini cerminban pemimpin yang seharusnya menjadi panutan rakyat. Hanya ada satu kata dalam acara tersebut, KEMUNAFIKAN DI TUBUH KADIN, sebab dari proses awal sampai proses akhir penentuan ketua, yang terlhat hanya setingan dari penguasa yang memiliki wewenang dalam acara tersebut dan itu terletak pada ketua KADIN yang sama pada periode lalu mapun perode sekarang. Hany demi selembar atau dua lembar karats uang para orang pintar tersebut telah melakukan tindak kemunfikan dengan mengabaikan hati nuraninya. Saat itu aku juga menjadi salah satu bagian dari mereka, aku hany dapat meminta maaf kepada Zat yang Jiwaku berada dalam genggamannya agar aju diampini, dan tidak terulang lagi peristiwa yang sama, sbab aku tidak mau melakuak tindakan yang tidak sesuai dengan hati nuraniku.
18-07-2007. Gembling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar