Sabtu, 29 Maret 2008

MAHASISWA: FORMULASI PERUBAHAN

Soekarno pernah berkata dalam salah satu orasinya, dia mengatakan hanya butuh pemuda 10 orang saja agar dapat merubah dunia. Dia menjelaskan konsep tentang pemuda, bahwa pemuda itu harus peka terhadap setiap persoalan yang sedang melanda baik disekup kecil (lingkungannya) maupun disekup besar (negara). Pemuda yang dapat merubah dunia hanya terlahir jika dia mau dan mampu bekerja keras serta disiplin dalam mewujudkan setiap apa yang di cita-citakannya.

Percaya atau tidak, pernyataan diatas sampai sekarang masih relevan jika dihubungkan dengan perkembangan bangsa kita yang sedang dilanda berbagai macam masalah. Dari masalah kecil sampai dengan besar. Entah apa yang menjadi latar belakang betapa kompleksnya masalah yang mendera bangsa kita, ada yang berasal dari dalam maupun dari luar bangsa ini. Namun, jika kita hubungkan dengan perjalanan bangsa kita selama ini pemecahan persoalan tersebut tidak terlepas dari peranan Mahasiswa yang selalu dikatakan Agent Of Change.

Ketika ada pernyataan seperti itu, dimana Mahasiswa itu adalah agen perubahan dalam sebuah bangsa, apa sudah sesuai dengan julukan tersebut saat ini jika dilihat dari perkembangan pola pemikiran dari mahasiswa. Yang terjadi saat ini, malah terlihat pemikiran maupun tindakan Mahasiswa itu lebih cenderung mengalami kemunduran jika dibandingkan denngan pmikiran para Mahasiswa saat bangsa kita mengalami penjajahan secara fisik. Dapat dikatakan terjadi Missing Link pemikiran dari pendahulu kepada kita.

Apalagi moment seperti sekarang, dimana universitas-universitas baik swasta maupun negeri membuka pendaftaran kepada lulusan Sekolah Menengah Umum maupun Kejuruan untuk masuk menjadi Mahasiswa baru. Universitas-universitas tersebut berlomba-lomba untuk dapat memenuhi kuota penerimaan Mahasiswa baru, tidak terkecuali UNS. Apakah benar jika hanya mengejar kuantitas tanpa memikirkan kualitas dapat merubah keadaan bangsa yuang sudah compang camping seperti ini. Yang terjadi malah timbul berbagi macam masalah, baik dari pra mahsiswaw baru maupun dari pihak kampus selaku wadah untuk mendalami ilmu pengetahuan.

Permasalahan pertama yang timbual adalah saat para Mahasiswa baru dihadapkan dengan dunia baru yang sangat berbeda dengan dunia sekolah, para Mahasiswa baru dituntut untuk berpikir dan bertindak secara independent dan kritis. Hal tersebut apakah sudah diantisipasi oleh para Mahasiswa baru dalam menjalani kehidupan barunya didunia perkuliahan. Pada masa transisi antara masa sekolah dan kuliah, persoalan yang diahadapi juga berbeda tingkatannya. Persoalannya tidak hany belajar dan menuntut ilmu saja, namun lebih kepada bagaimana Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmunya dalam ranmg merubah maupaun menata kembali bangsa ini.

Persoalan kedua timbul dari pihak universitas selaku wadah pendidikan. Universitas seharusnya memberi bekal kepada para Mahasiswa baru untuk bersosialaisasi dalam dunia kampus. Bagaimana pihak kampus dapat menjalin hubungan yang baik antara mahasiswa dengan pihak rektorat maupun dosen, juga tidak hanya mementingkan kuantitas namun lebih kepada kualitas Mahasiswa.

Dalam arti pihak kampus harus memberikan sesuatau yang lebih, tidak hany mata kuliah saja tapi sesuatau yang kongkrit seperti pembekalan Soft Skill maupun pengembangan mentalitas yang bekerja keras agar slogan Mahasiswa sebagai Agengt Of Change tidak hanya sekedar angan-angan.


Tidak ada komentar: