Selasa, 25 November 2008

PEMBERDAYAAN POLIKLINIK KESEHATAN DESA MELALUI PENDEKATAN KLINIK SANITASI DALAM UPAYA PENURUNAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN DI PEDESAAN

Upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit berbasis lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya Paradigma Sehat untuk upaya-upaya kesehatan dimasa mendatang, dengan paradigma ini maka pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif dibanding upaya kuratif dan rehabilitatif.

Penerapan paradigma sehat yang selaras dengan pelaksanaan klinik sanitasi dimana ke tiga unsur pelayanan kesehatan yaitu promotif, preventif dan kuratif dilaksanakan secara integratif, klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat tugas dan fungsi puskesmas sehingga terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sektor dalam program pemberantasan penyakit menular dengan memberdayakan masyarakat.

Klinik sanitasi dengan kegiatan pokoknya meliputi dalam gedung (konsling) dan luar gedung (kunjungan rumah) mencakup beberapa upaya sebagai berikut :
a. Upaya penyehatan air bersih dengan Penyakit Diare, Cacingan, Penyakit Kulit, Kusta dan Frambusia
b. Penyehatan perumahan dengan Penyakit ISPA dan TB Paru
c. Penyehatan permukiman dengan Penyakit DHF, Malaria dan Filariasis
d. Penyehatan makanan minuman dengan Penyakit saluran pencernaan/keracunan makanan
e. Pengamanan pestisida dan
f. Penyakit atau gangguan kesehatan lainnya yang berhubungan dengan lingkungan.

Di Propinsi Jawa Tengah sampai dengan tahun 2004 pendekatan klinik sanitasi dalam upaya penurunan angka penyakit berbasis lingkungan di laksanakan di 167 puskesmas dari 845 puskesmas yang ada ( 19,8 %).

Kegiatan luar gedung yang merupakan bagian dari klinik sanitasi dalam pelaksanaannya menghadapi beberapa hambatan yaitu :
a. Terbatasnya jangkauan petugas klinik sanitasi untuk membina desa yang berada dalam wilayah puskesmas.
b. Terbatasnya dana untuk melakukan kunjungan lapangan
c. Terbatasnya pemberian dana stimulan sarana sanitasi dasar.
Dengan hambatan yang ada maka di perlukan suatu alternatif pemecahannya dengan mengedepankan pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi permasalahan kesehatan lingkungan di wilayahnya.

Dicanangkannya Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) sebagai sentra pembangunan kesehatan di desa sekaligus unit pelayanan kesehatan di desa yang merupakan unit pelayanan kesehatan swadaya dari, oleh dan untuk masyarakat dimana pembinaannya menjadi tanggungjawab puskesmas masing-masing wilayah.

Dengan keberadaan poliklinik kesehatan desa yang menjadi pusat kegiatan pemberian pelayanan kesehatan paripurna yang lebih dekat, relatif lebih murah dengan mutu yang terjamin pada masing masing desa, jika diberdayakan secara baik mengandung peluang yang dapat digunakan untuk mengakselerasi laju pembangunan bidang kesehatan terutama mengenai upaya penurunan angka penyakit berbasis lingkungan di pedesaan melalui pendekataan klinik sanitasi

Kegiatan luar gedung pada klinik sanitasi yang selama ini dilaksanakan petugas puskesmas dapat dilaksanakan oleh petugas poliklinik kesehatan desa untuk melakukan pengamatan kondisi lingkungan sekitar pasien/klien dengan menggunakan form kunjungan lapangan, dan apabila harus dilakukan perbaikan sarana sanitasi dasar seperti perbaikan rumah sehat (Jendela, ventilasi dan plestirisasi ), sarana air bersih dan MCK dapat langsung di sampaikan pada musyawarah desa untuk dapat dicari penyelesaian permasalahannya dengan menyesuaikan kemampuan atau potensi yang masyarakat desa miliki. Bila diperlukan dapat meminta petugas sanitarian puskesmas untuk membantu memberikan alternatif alternatif pemecahan masalah kesehatan lingkungan yang ada di wilayah desanya.

Dengan terintegrasinya poliklinik kesehatan desa pada kegiatan klinik sanitasi, dimana dengan kesadaran masyarakat menempatkan kesehatan sebagai masalah prioritas yang utama, hal ini dapat menjadi pendorong tumbuhnya kemandirian masyarakat dalam upaya penurunan penyakit berbasis lingkungan di pedesaan yang akan mendorong tercapai ‘Jawa Tengah Sehat 2010’.

27 Januari 1933
Merupakan awal berdirinya Rumah Sakit Dr. OEN Surakarta dengan nama Poliklinik Kesehatan “Tsi Sheng Yuan“, beralamat di jalan Mesen no. 106, Solo.
Pelayanan yang diberikan terbatas pada pengobatan umum dan pemeriksaan kandungan.
Tahun 1933 – 1949
Awal tahun 1942, pada masa pendudukan Jepang Poliklinik Kesehatan “Tsi Sheng Yuan”, berfungsi sebagai rumah sakit darurat.
Tahun 1949, Poliklinik Kesehatan “Tsi Sheng Yuan” pindah ke jalan Warung Pelem no. 72, pelayanan yang diberikan bertambah dengan Klinik Bersalin.
31 Agustus 1952
Atas prakarsa dr. Oen Boen Ing yang telah mengabdi sejak tahun 1935, terbentuklah Yayasan Kesehatan “Tsi Sheng Yuan”
Tahun 1954
Poliklinik Kesehatan “Tsi Sheng Yuan” pindah ke daerah Kandang Sapi/ Mojosongo (sampai sekarang) dan menjadi rumah sakit lengkap.
28 Desember 1965
Yayasan Kesehatan “Tsi Sheng Yuan” berubah nama menjadi Yayasan Kesehatan Panti Kosala, diambil dari bahasa Sansekerta, Panti berarti tempat dan Kosala berarti sejahtera/ teduh, sehingga Panti Kosala dapat diartikan sebagai tempat yang sejahtera/ teduh.
Arti kata ini dipakai sebagi motto rumah sakit “ Teduh Untuk Sembuh”
Tahun 1965 – 1983
Selama kurun waktu ini Rumah Sakit Dr. OEN Surakarta terus berbenah diri dalam meningkatkan sarana dan prasarana untuk meningkatkan mutu pelayanan bagi masyarakat Surakarta.
Pada tanggal 30 Oktober 1982, dr. Oen Boen Ing meninggal dunia, untuk mengenang jasa dan pengabdian beliau, maka mulai 3 Maret 1983 (sesuai dengan tanggal kelahiran beliau 3 Maret 1903) lembaga kesehatan ini dinamakan Rumah Sakit Dr. OEN Surakarta, dan sejak saat itu tanggal 3 Maret diperingati sebagai HUT Rumah Sakit Dr. OEN Surakrta.
Tahun 1996
Pembangunan Gedung Rawat Jalan mulai dilaksanakan dan diresmikan penggunaanya pada bulan Desember 1998, Gedung ini terdiri dari tiga lantai (lantai dasar dipergunakan untuk Rawat Jalan, lantai I dipergunakan untuk Pelanyanan Penunjang Medik dan lantai II dipergunakan unutk Auditorium).
Tahun 1998
Rumah Sakit Dr. OEN Surakarta, mendapat sertifikat “AKREDITASI PENUH” untuk lima pelayanan dengan demikian mutu pelayanan yang diberikan telah memenuhi standar.
Tahun 2001
Pembangunan Gedung Utama Rumah Sakit Dr. OEN Surakarta dimulai pada bulan Juni 2001 dan diresmikan penggunaannya pada 28 September 2002.
Pada tahun ini pula Rumah Sakit Dr. OEN Surakarta mendapat sertifikat “AKREDITASI PENUH” untuk 12 (dua belas) pelayanan, hal ini menunjukan bahwa Rumah Sakit Dr. OEN Surakarta terus berusaha meningkatkan mutu pelayanan.
Sampai sekarang
Rumah Sakit Dr. OEN Surakarta , senantiasa berusaha meningkatkan sarana dan prasarana serta mutu pelayanan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan baik di bidang kesehatan maupun bidang lain yang berkaitan.
Rumah sakit terspesialisasi
Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain.
Rumah sakit bisa terdiri atas gabungan atau pun hanya satu bangunan. Kebanyakan mempunyai afiliasi dengan universitas atau pusat riset medis tertentu. Kebanyakan rumah sakit di dunia didirikan dengan tujuan nirlaba.
Rumah sakit penelitian/pendidikan
Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas/perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyararakat / Tri Dharma perguruan tinggi.
Rumah sakit lembaga/perusahaan
Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya rumah sakit militer, lapangan udara), bentuk jaminan sosial/pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak/lokasi perusahaan yang terpencil/jauh dari rumah sakit umum. Biasanya rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum.
Klinik
Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu. Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut poliklinik.
Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi sebagai kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan Yunani.
Institusi yang spesifik untuk pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti pertama kali didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18 rumah sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan perawat yang dibiayai anggaran kerajaan.
Rumah sakit pertama yang melibatkan pula konsep pengajaran pengobatan, dengan mahasiswa yang diberikan pengajaran oleh tenaga ahli, adalah Akademi Gundishapur di Kerajaan Persia.
Bangsa Romawi menciptakan valetudinaria untuk pengobatan budak, gladiator, dan prajurit sekitar 100 SM. Adopsi kepercayaan Kristiani turut mempengaruhi pelayanan medis di sana. Konsili Nicea I pada tahun 325 memerintahkan pihak Gereja untuk juga memberikan pelayanan kepada orang-orang miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di setiap kota harus menyediakan satu pelayanan kesehatan. Salah satu yang pertama kali mendirikan adalah Saint Sampson di Konstantinopel dan Basil, bishop of Caesarea. Bangunan ini berhubungan langsung dengan bagunan gereja, dan disediakan pula tempat terpisah untuk penderita lepra.
Rumah sakit abad pertengahan di Eropa juga mengikuti pola tersebut. Di setiap tempat peribadahan biasanya terdapat pelayanan kesehatan oleh pendeta dan suster (Frase Perancis untuk rumah sakit adalah hôtel-Dieu, yang berarti "hostel of God."). Namun beberapa di antaranya bisa pula terpisah dari tempat peribadahan. Ditemukan pula rumah sakit yang terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum miskin, atau musafir.
Rumah sakit dalam sejarah Islam memperkenalkan standar pengobatan yang tinggi pada abad 8 hingga 12. Rumah sakit pertama dibangun pada abad 9 hingga 10 mempekerjakan 25 staff pengobatan dan perlakuan pengobatan berbeda untuk penyakit yang berbeda pula. Rumah sakit yang didanai pemerintah muncul pula dalam sejarah Cina pada awal abad 10.
Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa terjadi pada abad 16 hingga 17. Tetapi baru pada abad 18 rumah sakit modern pertama dibangun dengan hanya menyediakan pelayanan dan pembedahan medis. Inggris pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy's Hospital didirikan di London pada 1724 atas permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy. Rumah sakit yang dibiayai swasta seperti ini kemudian menjamur di seluruh Inggris Raya. Di koloni Inggris di Amerika kemudian berdiri Pennsylvania General Hospital di Philadelphia pada 1751. setelah terkumpul sumbangan £2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah sakit dibiayai dana publik. Namun secara umum pada pertengahan abad 19 hampir seluruh negara di Eropa dan Amerika Utara telah memiliki keberagaman rumah sakit.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

PKD sing maju daerah ngendi booooos ?
mengko aku tak study banding