Politik, kata yang kerap dihubungkan dengan dunia kekuasaan. Dunia dimana manusia satu dengan manusia lain menjadi musuh, dari teman menjadi lawan dari lawan menjadi seteru abadi. Dalam dunia politik yang ada hanya lawan sejati, kawan sejati lebih hanya sekedar kiasan untuk melanggengkan jalan meuju tampuk kekuasaan.
Percaturan politik di Negara kita saat ini lebih megarah pada terbentuknya system mafia perpolitikan. Seperti yang terdapat dalam buku “politik dan kekuasaan”, terungkap didalamnya bahwa mafia perpolitikan tengah melanda Negara-negara berkembang saat ini, tidak terkecuali Negara Indonesia. Sejak zaman pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan, maupun era reformasi politik telah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan kehidupan masyarakatnya.
Mafia perpolitikan dinegara kita tidak ubahnya seperti sebuah system yang telah tertata rapi, didalamnya yang ada hanya bagaimana mendapatkan kekuasaan dengan berbagi macam cara entah itu cara halal maupun cara haram. Dapat dilihat menjelang pemilihan presiden tahun depan. Mafia plitik yang berkedok partai maupun individu telah berancang-ancang menancapkan panji-panji perang untuk mendapat simpati dan dukungan dari rakyat. Mereka semua bertujuan untuk membuat Negara ini menjadi lebih baik, namun kenyataan yang terjadi sebaliknya. Negara semakin carut marut tiada tempat untuk berpijak. Setelah para mafia perpolitikan duduk dikursi panas dan masuk kedalam birokrasi yang terjadi mereka seolah-olah buta, tuli dan bisu untuk mendengarkan keluhan dari rakyat. Rakyat hanya dijadikan kendaraan untuk meraih kekuasaan, setelah kekuasaan diraih rakyatpun ditinggalkan begitu saja.
Kasus yang terbaru dan masih hangat adalah bagaimana pemerintah tega manaikkan harag BBM yang merupakan keperluan vital bagi masyrakat. Pemerintah berdalih, naiknya BBM untuk menyelamatkan APBN Negara yang diakibatkan naiknya harag minyak dunia yang mencapai $135 per barel. Alasan yang tidak masuk akal, sebab gaji para birokrat khususnya presiden dan wakil presiden serta para anggota dewan beserta kroni-kroninya lebih besar daripada pendapatann masyarakat secara keseluruhan. Mereka hanya mau digaji besar tanpa memikirkan rakyat jelata yang telah mengangkat mereka untuk menjadi wakil dipemerintahan. Kemudian sebagai gantinya rakyat miskin mendapat konpensasi berupa BLT (Bantuan Langsung Tunai). Ini juga tidak menyelesaikan masalah hanya menambah persoalan baru dinegara ini. Sungguh ironis bagaimana kerja mafia perpolitikan dinegara kita.
Prespektif aktivis yang notabenenya pemuda dalam menghadapi mafia perpolitikan dan bagaiana menemukan cara yang tepat untuk mengatasi masalah bangsa beraneka ragam caranya. Pemuda merupakan tonggak bangsa dan penerus bangsa harus peka terhadap apa yang terjadi dilingkungan tempat tinggalnya. Seperti teori Hegel yang menyatakan bahwa semangat zaman tiada akan pernah pudar selama para pemuda masih mau untuk menjadi pengawal perubahan bangsanya.
Salah satu cara yag ditempuh para pemuda dalam menanggapi perubahan bangsa ini dan baimana cara menyelesaikan permasalahan bangsa ini adalah dengan membentuk komunitas yang berhaluan “politik”. Para pemuda ini beranggapan bahwa perpolitaiak yang selama ini belum mampu untuk mewakili kepentingan rakyat, maupun kebijakan belum berpihak kpada rakyat. Sejak zaman pra kemerdekaan sudah banyak muncul komunitas-komunitas pemuda yang berhalauan politik, ideology yang mereka usung pun berbeda-beda. Seperti organisasi Tri Koro Darmo yang berideologikan pendidikan namun bergerak kedalam dunia politik praktis. Boedi Uetomo juga berideologikan pendidikan, namun terjun juga kedunia politik. Apapun latar belakang ideologi yang mereka usung, tetap sau tujuannya bagaimana meenjadikan Negara ini menjadi lebih maju.